Dancing Red Rose Cerita Bersambung (Cerbung) Memori 2009-part 5 Langsung ke konten utama

Cerita Bersambung (Cerbung) Memori 2009-part 5

Part 5
Yura Jatuh Cinta Lagi
Koleksi Pribadi

Selesai senam pagi, ketua OSIS memberi kode, kalau kami seluruh anggota OSIS berkumpul terlebih dahulu di ruangan OSIS. Ya, aku juga termasuk anggota OSIS, tapi tidak perlu aku sebutkan apa jabatannya. Hehehe. Kalau sudah kumpul secara diam-diam seperti ini, apalagi kalau tidak misi untuk melakukan razia. Di sekolahku, kami tidak boleh membawa hal-hal terlarang seperti yang telah tertulis di peraturan sekolah, seperti handphone, perhiasan yang mencolok, rok yang terlalu pendek bagi siswa putri, membawa rokok, dan celana yang terlalu sempit bagi laki-laki. Semua siswa tentu sudah tahu peraturan ini. Tapi ya itulah peraturan, tetap saja ada yang melanggar. Akhirnya kami memutuskan untuk melakukan razia. Kami pun membagi kelompok ada yang merazia kelas X, XI, dan XII. Aku mendapat bagian kelas XII, waktu itu Iko juga anggota OSIS, namun kami tidak satu kelompok. Dia mendapat bagian kelas XI.
Ketika sedang melakukan razia di kelas XII, aku mendengar sorak sorai siswa dari kelas sebelah, dan itu adalah kelasku. Aku berpikir ada apa, mungkin ada siswa yang ketahuan membawa barang-barang terlarang. Usai dari kelas XII, aku keluar kelas, dan mendengar siswa bercakap-cakap.
“anggota OSISnya aja gak disiplin, membawa barang-barang terlarang” kata salah satu siswa dari kelasku.
Aku pun penasaran, lalu menuju ke kelasku dan menghampiri Vita, Tia, dan Ebi.
“Vit, ada apa? Kok rame-rame begini?” tanyaku kepada Vita.
“emmm, engga kok Ra. Engga ada apa-apa. Biasalah kalau razia begini, anak-anak pada heboh” jawab Vita.
Tapi ekspresi Vita aneh, tidak seperti biasanya, seperti ada yang disembunyikan. Tapi aku percaya saja, mungkin memang begitu keadaannya.
“Ra, ayo ke kelas yang lain lagi?” ajak Rika. Salah satu anggota temanku di anggota OSIS.
Aku pun bergegas meninggalkan kelas, dan melanjutkan operasi razia. Ketika akan masuk ke kelas lain, Bu Ani menghampiriku, beliau adalah pembina OSIS dan ikut membantu kami saat operasi razia tersebut.
“Iko, kena razia tadi di kelas.” kata Bu Ani.
“Iko bawa apaan bu?” tanya Rika.
Aku langsung nyambung, kenapa tadi di kelasku gaduh, ternyata Iko penyebabnya. Iko lagi Iko lagi.
“Ah, anak itu buk, selalu saja buat ulah. Padahal kan anggota OSIS.” Kataku kesal.
“Tapi, ini ada hubungannya dengan kamu, Ra.” Kata Bu Ani lagi.
“Hah, kok aku Bu? Emangnya ada apa?” tanyaku kaget.
“Ibu mendapatkan foto kamu di dalam dompet dia” kata Bu Ani menjelaskan.
Aku diam, mukaku memerah, dan penuh tanda tanya. Apa lagi ulah si Iko ini. Apa maksudnya masih menyimpan fotoku, padahal aku tahu dia sudah berpacaran dengan adik kelas itu. Aku sangat malu kepada Bu Ani, gara-gara hal ini pasti akan tersebar beritanya di guru-guru kalau aku pernah dekat dengan Iko. Huuuhh..
“nanti setelah razia selesai, temui ibu ya di ruang OSIS sama Iko.” Kata Bu Ani.
“baik, Bu.” Jawabku pelan.
Usai Razia, aku pun menuju ruang OSIS dan disana sudah kutemui ada Iko, Bu Ani dan Pak Adi.
“Ra, bisa kamu jelaskan semuanya. Kenapa ada foto kamu sama Iko” tanya Pak Adi sambil senyum-senyum.
Aku bingung mau jawab apa, karena aku juga gak tau, kenapa Iko masih menyimpan fotoku di dompetnya. Foto yang dulu pernah kami bertukaran saat pelajaran Seni dan Budaya dengan Bu Mila.
“saya gak tahu, pak. Itu udah foto lama. Dulu kami ada pelajaran seni budaya diminta bu Mila membawa foto.” Jawabku.
“terus kenapa fotonya kamu kasih ke Iko, kalian pacaran ya?” tanya Pak Adi.
Sentak aku menjawab, “engga pak.” Aku berusaha berdalih, agar masalah ini selesai dan jangan sampai ke ruangan BP, karena urusannya bisa ribet. Untung saja masih di bawah tanggung jawab Bu Ani dan Pak Adi selaku pembina OSIS.
“kalau Iko, malam-malam sebelum tidur mandangin foto kamu dulu, kamu loh yang berdosa, Ra.” Kata Bu Ani menasihati, selain Bu Ani adalah pembina OSIS beliau juga guru Pendidikan Agama Islam. Jujur aku sangat malu kepada Bu Ani, dan akhirnya aku menitikkan air mata.
“sudah ini, sekarang fotonya mau diapain?” kata Pak Adi.
“kasih ke saya aja pak” jawabku.
Iko yang sedari tadi hanya diam saja.
“tapi kamu tidak memberikannya lagi ke Iko kan.” Ledek pak Adi.
“beneran pak, engga” kataku.
Akhirnya foto itu diberikan kepadaku, dan kami dipersilahkan menuju ke kelas. saat itu aku berjalan terlebih dahulu dengan cepat dan memasang muka merah sambil meremas-remas foto yang ada di tanganku. Aku geram sekali kepada Iko, untung saja tidak masuk ke ruangan BP dan bertemu dengan Bu Ika. Ah tidak bisa ku bayangkan.
Sesampainya di kelas.
“Vit, kok kamu tega sih engga cerita sama aku, kejadian di kelas tadi.” Tanyaku kepada Vita dengan marah, karena dia sudah tidak jujur.
“Maaf, Ra. Bu Ani melarang kami memberi tahu kamu.” Jawab Vita sambil meminta maaf.
Aku menangis di pelukan Vita, karena malu kepada Bu Ani dan guru-guru yang lain.
“berarti Iko masih suka tuh sama kamu, Ra. hehehe” Ebi berusaha mencairkan suasana.
“Ebi, jangan mulai deh. Yura beneran lagi kesel ni” kata Tia.
Seandainya saja sahabat-sahabatku tahu, kalau aku juga masih sering kepikiran Iko. Apalagi setelah kejadian ini, Iko masih menyimpan fotoku. Aku malah merasa yakin, kalau Iko juga sebenarnya masih suka kepadaku. Tapi kan dia sudah punya pacar. Ah.. Iko mau kamu apa sih?
~~~~~
Sekarang kami sudah naik ke kelas XII, guru-guru sering memberi nasihat agar kami lebih serius belajar untuk menghadapi UN nantinya. Bahkan jam pelajaran kami pun ditambah pada sore harinya ketika nanti masuk semester dua di kelas XII.
Ketika aku selesai makan malam bersama keluarga, aku melihat pemberitahuan di ponselku ada satu pesan diterima. Aku buka pesan tersebut, ternyata dari nomor baru. Dan aku bertanya itu siapa, dia mengaku bahwa itu Iko, jelas aku kaget. Pasalnya aku senang kalau itu memang benar Iko, tapi bagaimana kalau bukan, hanya orang iseng yang sedang mengerjaiku? Tapi dia berusaha meyakinkanku dengan menjelaskan apa saja tadi kejadian yang ada di sekolah. Akhirnya setelah ia menjelaskan semuanya, aku pun percaya kalau itu Iko, dan memang benar itu adalah Iko.
~~~~~
 “Vit, kamu tau engga, Iko hubungi aku semalam, dia dapat nomor aku dari mana ya?” kataku pada Vita.
“hemmm, kayaknya ada udang di balik batu nih.” Kata Vita dengan gaya sok berpikirnya.
“bukan ada udang, tapi ada yang mau CLBK nih, alias balikan. hahaha” kata Ebi menyahut omonganku dengan Vita.
Aku hanya senyum-senyum saja, kalau memang ternyata Iko mau ngajak balikan. Jujur aku senang sekali, kan memang itu yang sering aku khayalkan. Dulu aku sering berkhayal, kalau dia menghubungiku duluan, dan sekarang Iko memang menghubungiku duluan. Dan aku jadi berharap kalau dia mau dekat lagi denganku. Ah... anak sekolah. Hahaha
“nanti aku bakal ngerayu si Iko, ahh. hahaha” kata Ebi sambil tertawa
“hussss, jangan ngaco deh Bi, aku gak mau Iko nyangka kalo aku menceritakan yang engga-engga ke kalian” kataku kepada Ebi mencoba mencegah.
“loh, kenapa? Kan kalo memang Iko masih suka sama kamu, gak masalah dong” kata Ebi  membela diri.
“terus sebenarnya, kamu masih suka engga sih Ra sama Iko?” tanya Vita serius.
“emmmm, engga tau juga. Tapi jujur aku memang sering kepikiran dia akhir-akhir ini” jawabku polos.
“duh, jadi ceritanya saling suka nih, tapi Cuma bisa diem. hahaha” kata Tia.
Mukaku seketika memerah.
“tapi diem aja, jangan sampe ketauan sama Iko, ya” kataku kepada mereka.
“siaaaappp.. hahaha” jawab mereka kompak.
Ku akui memang sejak Iko menghubungiku duluan, kami jadi sering berkomunikasi. Bahkan terkadang membahas hal-hal yang tidak terlalu penting, tapi aku senang-senang saja, karena Itu dari Iko. Dan saat itu, Iko memang sudah tidak berpacaran lagi dengan Nia, adik kelasku itu.

To be continued :) 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Manajemen Sekolah/Madrasah yang Bermutu dan Efektif

Manajemen Sekolah/Madrasah yang Bermutu dan Efektif A.     Pendahuluan Beberapa tahun terakhir ini duunia pendidikan di Indonesia menggalakkan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah, yang akhir-akhir ini lebih dikenal dengan manajemen berbasis sekolah. Konsep ini sebenarnya telah diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1997/1998. Ada berbagai istilah lain untuk MPMBS selain manajemen berbasis sekolah, yaitu site-based management, delegated management, school authonomy, dan local management of school. [1] Apa yang dimaksud dengan MPMBS? Secara konseptual MPMBS dapat didefinisikan sebagai proses manajemen sekolah yang diarahkan pada peningkatan mutu pendidikan, secara otonomi direncanakan, diorganisasikan, dilaksanakan dan dievaluasi sendiri oleh sekolah sesuai dengan kebutuhan sekolah dengan melibatkan semua stakeholder sekolah. Manajemen peningkatan mutu dan madrasah atau sekolah merupakan salah satu wujud dari reformasi pendidikan. Sistemnya adalah m...

Cerita Bersambung (Cerbung) Memori 2009-Episode 3

Satu Hari di Bulan November   koleksi pribadi Part 3 “bentar ya, Ra. ada yang mau aku omongin ke Dani dan Putra. Kamu tunggu disini aja” kata Vita sambil berlalu meninggalkan aku. Bersamaan dengan itu, Iko berjalan ke arahku. Aku biasa saja karena memang tempat aku berdiri itu adalah jalan kecil, mungkin Iko dan kawan-kawan mau ke Warung bi Iyem (Warung Bi Iyem adalah tempat cowok-cowok biasa nongkrong disana). Hanya saja, karena Vita lagi ngobrol dengan Dani dan Putra jadi Iko duluan. Sampai Iko mendekat ke arahku, tiba-tiba.. “Ra, boleh ngomong sebentar engga?” kata Iko kepadaku. “oh, iya boleh, ngomong aja Ko.” Kataku. Kamu tau, aku gak pernah terpikir Iko mau ngomong apa, aku hanya mengira dia basa-basi saja sambil menunggu teman-temannya “kita duduk di bawah pohon jambu itu aja, ya?” kata Iko lagi Aku hanya menganggukkan kepala dan dia mempersilahkan aku duduk. Kami duduk berhadap-hadapan, jaraknya sekitar satu setengah meteran. Bahkan ketika duduk i...