![]() |
| Koleksi Pribadi |
Part 1
Memori 2008
Malam ini kembali ditemani si putih laptop Dell kesayanganku. Ya inilah obat suntuk ketika tidak bisa tidur. Sebenarnya bukan insomnia, aku malah paling gak bisa begadang. Hehehe. Ini karena ada kegiatan perayaan HUT RI yang ke 72, jadi di desaku mengadakan kegiatan. Nah kami sebagai pemuda karang tarunalah sebagai panitianya. Mungkin karena sudah terlalu larut, akhirnya si mata susah diajak kompromi. Ya udah deh daripada bingung mau ngapain, baca buku diary waktu SMA, sedikit mau flashback deh ke belakang, iya belakang, soalnya ada kamu. Upss..
~~~~~
“Ra, kamu jadi mau lanjut sekolah dimana nih?” Tanya vita kepadaku. O iya namaku Yura, Vita adalah sahabatku dari kami saat sudah di Sekolah Dasar.“Ya dimana lagi, lanjutnya pasti di tetangga lah, hehehe” jawabku. Maksudnya tetangga, waktu itu kami akan melanjutkan sekolah menengah Atas dan sekolahnya dekat dengan sekolah kami sebelumnya, jadinya tetanggaan deh.
“hahaha, iya sih buat apa jauh-jauh, nanti disini gak ada penghuni lagi.” Kata Vita.
Saat itu sebenarnya aku ingin melanjutkan sekolah di pondok pesantren, namun karena orang tuaku belum mengizinkan karena alasan orang tua belum bisa jauh dari aku. Iya soalnya aku anak pertama dari dua bersaudara waktu itu. Jadi mungkin ibuku kesepian.
Akhirnya aku pun melanjutkan sekolah yang ada di dekat rumah hanya sekitar lima menit dari rumah jika ditempuh jalan kaki. Karena masih anak-anak , sebenarnya bukan anak-anak lagi sih karena sudah masuk ke usia remaja, bahkan teman-temanku waktu itu ada yang sudah mengenal virus merah jambu. Duh ... tapi tidak denganku, rasanya sifat kekanak-kanakanku belum hilang walaupun akan menginjak bangku SMA. Aku juga bingung menggambarkan sikapku yang sebenarnya, cuek, sedikit belagu dan kadang-kadang suka ngatur di kelas.
Itulah sedikit gambaran sikap yang menurutku agak buruk saat itu. Mungkin karena aku orangnya yang ambisius jadinya sok serius dalam bertindak. Selalu ingin di depan dan mendapatkan yang terbaik. Sebenarnya waktu di SD aku merasa prestasi di kelas biasa-biasa aja, ya masuk sepuluh besar sih, tapi gak pernah di nomor satu hehehe.
~~~~~
“kita sekarang ada di kelas A, yaitu kelas inti. Kita harus saling kerjasama ya anak-anak agar kelas kita bisa menjadi contoh yang baik bagi kelas-kelas lain.” kata bu Ita ketika beliau ditunjuk menjadi wali kelas kami. Saat itu kamu ada di kelas X A.“Nah cocok itu buk, si Dani kan sebagai ketua kelas langsung bisa mengkoordinasi kita.” kata Ivan nyeletuk dari belakang.
“iya benar, tapi kalian harus mengikuti apa yang diperintahkan oleh ketua kelas ya” jawab bu Ita
“siaaap buk.” jawab kami serentak
Jam istirahat pun berbunyi, buk Ita mengakhiri kelasnya dan kami mulai berhamburan satu persatu keluar kelas.
“ke kantin yuk, laper.” kata Vita kepada kami.
“ah kamu mah laper mulu, sesuai deh sama porsi badan hehehe.” kata Ebi ngeledek Vita, karena diantara kami memang postur tubuh Vita lah yang sedikit berisi.
“Biarin aja yang penting sehat ini.” jawab si Vita dengan nada cuek, karena memang dia tidak pernah mempermasalahkan berat badannya.
“eh , eh aku udah baikan lagi sama Dika loh, gak berantem lagi.” tiba-tiba Tia mengganti topik pembicaraan. Si Dika itu pacarnya Tia. Ya memang sih diantara aku, Vita, Ebi dan Tia Cuma Tia yang udah mengenal pacaran dari ketika kami SMP.
“Oh, baguslah. Gak baik berantem lama-lama.” jawabku dengan polos. Karena memang kami belum paham soalnya belum pernah ngalamin .
Akhirnya kami menuju ke kantin menghabiskan waktu istirahat
~~~~~
“Anak-anak, setelah kami rapat dengan para dewan guru, kami memutuskan Iko Firmansyah dari kelas X B, akan di pindah ke kelas X A.” Kata bu Ita pada pagi itu di kelas kami“loh kok bisa buk? Kata ibuk kita kelas inti kalo diisi sama Iko mah mau jadi apa buk kelasnya?” sanggahku kepada buk Ita dengan nada sedikit ketus. Tapi bukan ketus ke buk Itanya ya.
Entah kenapa saat itu aku memang benar-benar tidak setuju. sedikit cerita tentang Iko, aku memang gak terlalu kenal baik sama dia, walaupun kami satu kelas dari sekolah sebelumnya, hanya saja dia terkenal sebagai siswa yang bandel, nah aku paling anti nih sama orang yang kayak gini.
“gak boleh ngomong kayak gitu, nah tujuan kita dipindahin ke kelas ini siapa tau dia bisa berubah ngikut jadi orang baik, karena ibu percaya kalian bisa memberi contoh yang baik.” Jawab buk Ita dengan bijak.
“Tapi kan bu,” Kataku dengan nada sedikit kesal.
“udahlah Ra, apa salahnya sih, lagian ini kesepakatan semua guru.” kata Dani yang ikut membenarkan perkataan bu Ita.
“Ya sudah, ibu mau ke kelas X B dulu ya, nanti kalau dia ke kelas ini kalian sambut dengan baik.” kata Bu Ita sambil berlalu meninggalkan kelas.
“Ih, Vit sebel deh. Kamu tau kan sifat Iko itu bandel banget, kok bisa digabungin sama kita.” kataku ke Vita yang saat itu di sampingku. Karena kami duduk sebangku.
“iya sih Ra, aku juga kurang setuju, Cuma ya gimana lagi.” jawab Vita yang ikut membelaku.
Tiba-tiba,
“Assalamualaikum.” seseorang mengucap salam dari luar kelas. Dari suaranya udah ketauan kalo itu Iko.
“waalaikumsalam.” jawab siswa-siswa yang ada di kelas.
Dengan gaya gak jelasnya dan cengar-cengir sambil ngomong “aku gak tau nih, kenapa disuruh pindah ke kelas ini, semoga kalian bisa terima ya, hehehe.”
“Ya jelas diterima lah, ayo sini, teman-teman kita kedatangan teman baru yaitu Iko, dia akan bersama kita di kelas X A sampai seterusnya. Dan saya sudah memutuskan kalau Iko akan diangkat sebagai keamanan di kelas ini, bagaimana teman-teman, setuju?” kata Dani tiba-tiba.
Dengan nada kaget dan suara berbisik “Vit, itu si Dani gak salah, pokoknya aku gak setuju.” kataku kepada si Vita
“sama Ra, aku juga.” kata Vita
“Dan sini dulu deh.” aku manggil Dani untuk mendekat ke bangkuku.
“kamu gak salah milih Iko sebagai keamanan, kamu kan tau dia gimana.” kataku dengan suara agak pelan
“Ra, tujuanku milih dia sebagai ketua keamanan, biar dia gak buat gaduh di kelas, kan dia keamanan jadi malu dong kalo buat ulah.” kata Dani menjelaskan
“pokoknya aku gak setuju.” kataku kepada Dani
“Duh jangan gitu Dan, kalian kan tau aku gimana masak mau dijadiin keamanan.” kata Iko tiba-tiba, mungkin dia tersinggung melihat aku berbicara dengan Dani tadi.
“Enggak gitu Ko, kita semua sepakat kok, Oke sekarang siapa yang setuju kalo Iko sebagai keamanan di kelas ini angkat tangan.” kata Dani memimpin pemilihan saat itu.
Semua siswa angkat tangan, kecuali aku dan Vita. Ya, hanya kami berdua yang tidak angkat tangan. Entahlah, aku rasanya memang tidak suka pada keputusan itu.
“karena yang tidak angkat tangan hanya dua orang, berarti yang lain setuju ya. Berarti Iko resmi menjadi keamanan di kelas ini.” kata Dani.
Aku benar-benar jadi ikutan gak suka ke Dani, karena dia tidak berpihak kepadaku. Tapi siswa yang lain setuju, jadi aku hanya bisa mengikuti saja.
~~~~~
(Seminggu Kemudian)“Ebi, Yura. Hari ini sikap Tia aneh banget di kelas gak kayak biasanya.” tiba-tiba Vita nyamperin aku dan Ebi yang baru tiba di sekolah dan belum sampai ke kelas. Aku biasa berangkat dengan Ebi karena rumah kami berdekatan.
“aneh gimana?” tanyaku penasaran
“matanya sembab, merah gitu, kayak habis nangis. Tapi waktu aku tanya jawabnya gak papa, kan aku jadi bingung.” jawab Vita
“Ada masalah apa ya, kok sampe nangis-nangis gitu?” aku seolah-olah bertanya kepada diri sendiri.
“apa mungkin masalah keluarga?” kata Ebi menduga-duga.
“ya udah kita samperin dia yuk.” kataku sambil mengajak Ebi dan Vita menuju kelas.
Ternyata penyebab Tia nangis, karena katanya dia putus sama Dika. Padahal beberapa minggu lalu katanya baru baikan. Sebagai teman kami bertiga bingung harus gimana ke Tia, karena kami belum mengerti cinta-cinta monyet gitu. Kami Cuma bisa bilang sabar ke Tia.
Tapi Tia juga sedikit berlebihan sih kalo menurutku, masak putus sama pacar aja nangis, berhentinya cuma ketika jam pelajaran berlangsung aja, selesai itu kambuh lagi. Lagi-lagi mungkin aku yang belum paham soal ini, gimana mau paham, pacar aja gak punya.. upsss
~~~~~
Ternyata hampir satu semester sudah di kelas X A, semua berjalan normal. Ya tetap dengan si Dani sebagai ketua kelas yang bijak, dan Iko sebagai keamanan yang kadang-kadang masih ribut juga di kelas, tapi aku males ambil pusing soal itu. Dan Tia yang sekarang kayaknya udah move on, soalnya kalo di perhatiin sekarang sering diapelin kak Heru ke kelas kalo lagi jam istirahat. Kami kayaknya memang harus belajar sama Tia nih kalo masalah gebetan gini, heheheheSore ini kami gotong royong kebersihan kelas atas inisiatif Bu Ita. Dan saat istirahat setelah selesai gotong royong, aku, Ebi dan Vita duduk di bawah pohon yang dihembus angin sepoi-sepoi. Saat itu aku lupa Tia dimana dia tidak gabung bersama kami.
“aku sebenernya mau cerita, tapi ragu-ragu.” kata Vita memulai pembicaraan.
“cerita apa Vit? Gak kayak biasanya.” tanyaku.
“Tapi kalian janji ya, jangan cerita ke siapa-siapa dulu, Tia juga belum tau soal ini.” kata Vita membuat kami semakin penasaran.
“apaan sih Vit, bikin penasaran aja.” tanya Ebi
“aku malu, sebenernya aku udah jadian sama bang Irul” kata Vita pelan-pelan dengan muka memerah
“Hah? Bang Irul yang tetangga aku itu? Kok bisa? Kapan?” Tanyaku bertubi-tubi dengan nada kaget.
“Ciyeeee, gak jomblo lagi.” kata Ebi sambil nyenggol-nyenggol punggung Vita
“Husss, Ebi diem, nanti yang lain denger, kalo gak aku gak mau cerita ni.” Kata Vita sambil nutup mulut Ebi.
Jadi bang Irul itu tetanggaku, aku gak tau gimana mereka pendekatannya alias PDKT kok tiba-tiba langsung jadian. Dan itu adalah pacar pertamanya Vita. Berarti sekarang yang jomblo tinggal aku sama Ebi dong. Eh bentar deh, si Ebi juga dulu waktu SMP pernah tu ngegebet adik kelas. Berarti Cuma aku yang haus asmara. Huuuu.. Bodo amat
Bersambung.. :)
Lanjut ke Part 2
~~~~~
Ternyata udah jam 02.40 pagi nih, kepala aku mulai pusing, udah dulu ya, tunggu cerita selanjutnya, mungkin minggu depan. Yang pasti masih seputar dunia remaja.
Komentar
Posting Komentar