Dancing Red Rose Cerita Bersambung (Cerbung) Memori 2009 Langsung ke konten utama

Cerita Bersambung (Cerbung) Memori 2009

Part 2
koleksi pribadi

Memori 2009
Tak seperti biasanya, hari ini di sekolahku tidak ada proses belajar mengajar, karena kami baru saja ujian tengah semester. Seperti biasa setelah ujian pasti ada kegiatan ekstrakurikuler yang diperlombakan sebelum pembagian rapot. Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, aku sudah satu semester duduk di bangku SMA.
Besok kami bagi rapot, dan setelah itu libur panjang. Yeeee, berita gembira itulah yang ditunggu-tunggu para siswa biasanya. Dan untuk pembagian rapot kali ini diambil oleh orang tua. Tidak ada yang spesial bagiku dari pembagian rapot, karena aku merasa biasa-biasa saja. Toh dari SD, aku tidak pernah mendapat peringkat ke satu bahkan setiap naik kelas peringkatku menurun mengikuti angka kelasnya. Hehehe. Naik ke kelas tiga aku mendapat peringkat 3, naik ke kelas empat, aku mendapat peringkat ke-4, begitu seterusnya. Sebenarnya dulu ketika kelas satu SD aku pernah mendapat juara satu, ketika itu aku masih sekolah dan tinggal bersama nenek dan jauh dari orang tua. Ketika akan naik kelas orang tuaku meminta kepada nenek agar aku ikut bersama mereka lagi. Aku sih gak terlalu repot untuk urusan itu. Kemana saja aku ikut asal bahagia. Haha
~~~~~
Tepat hari ini kami bagi rapot, semua siswa dikumpulkan di halaman sekolah beserta orang tuanya. Guru mulai mengumumkan juara kelas satu per satu. Ah betapa senangnya yang mendapat juara kala itu, bisa membuat orang tuanya tersenyum. Sementara aku, jujur sedikit pun tidak ada harapan karena tidak ada feeling bahwa aku ada di antara orang-orang itu.
“Tiba saatnya kami mengumumkan juara umum dari kelas sepuluh sampai kelas dua belas” Kata pak Amir memberikan pengumuman.
Aku penasaran, ternyata masih ada juara umum. Aku baru tau, karena ketika di sekolah sebelumnya dulu tidak ada peringkat seperti itu.
“juara umum kelas sepuluh jatuh kepada Yura Afifah dari kelas sepuluh A” suara pak Amir mulai mengumumkan juara umum diiringi tepuk tangan dari para siswa.
Jelas aku tersentak kaget waktu itu, mendengar nama yang disebut adalah namaku, pasalnya sudah lama sekali aku jauh dari bayang-bayang juara di kelas, bahkan sangat lama. Nah, sejak saat itulah aku mulai serius lagi belajar untuk mempertahankan semuanya. Mulai sok serius di kelas.
~~~~~
Setelah liburan usai, kami kembali sekolah seperti biasa. Bertemu lagi dengan sahabat-sahabat tercinta, Vita, Ebi, dan Tia. Ah, senangnya karena bisa kembali curhat-curhatan.
“Ra, Ebi sama Vita kemana” tiba-tiba Tia menghampiriku dan bertanya.
“barusan ke kantin, katanya mau beli jajanan lagi” jawabku.
“kok kamu gak ikut?”
“tadi sudah, tapi kayaknya mereka masih kurang jajannya. Hahaha. Kok tumben kak Heru jumpain kamu, bukannya kalian udah putus?” tanyaku ke Tia.
Oh iya, aku lupa cerita, jadi si Tia itu udah pacaran sama kak Heru sebelum libur semester, tapi hubungan mereka sering putus nyambung entah sebab apa. Kami kadang sering kesal dengan Tia, karena dia masih aja mau menerima kak Heru walaupun katanya sering disakitin terus putus gitu. Eh, taunya balikan lagi.
“Ra, sebenarnya aku mau cerita. Tapi kita ke belakang kelas aja yuk” kata Tia.
“boleh” jawabku sambil kami berjalan menuju ke belakang kelas disana ada pohon dan dibawahnya ada tempat duduk, kami biasa nongkrong disitu.
“kamu mau cerita apa Tia?” tanyaku kepada Tia.
“sebenarnya aku udah balikan lagi sama kak Heru, tapi aku Cuma berani cerita sama kamu. Karena kalau aku cerita sama Ebi dan Vita pasti mereka kesel sama aku” cerita Tia dengan serius.
“kamu beneran jadian lagi? Tapi kemaren kalian berantem hebat kan?”
“iya, Ra. Tapi, ya inilah aku.” Kata Tia memelas seolah ingin kubela.
“Ya udah, Tia. Yang ngejalanin kan kalian berdua. Kita mah gak ngerti apa-apa. Kalau kaliannya sama-sama mau. Ya mau gimana, kita mah yang penting kamunya seneng”
Jujur sih, kalau masalah curhat, Tia memang lebih sering curhat ke aku. Entah karena apa. Padahal asli aku belum pernah ngalamin dekat kepada lawan jenis lebih dari teman. Mungkin ia senang mendengar nasihat-nasihat bijakku. Padahal terkadang aku saja tidak tau apa maksud dari yang aku omongkan. Hehehe. Tapi orang yang bergolongan darah B kebanyakan seperti itu, suka ngomong bijak, padahal dia yang ngomong saja gak tau maksudnya apa.
Kalau mengingat lagi kejadian waktu itu, rasanya sedih-sedih lucu. Masih kecil sudah bicara soal cinta. Padahal arti cinta saja belum paham.
~~~~~
Entah kenapa akhir-akhir ini aku melihat keganjalan pada temanku Dani si Ketua kelas. Dia kelihatan mulai bandel di kelas, bahkan pernah bolos sekolah. Teman-teman kelasku jadi kurang respect lagi dengan dia, dan meminta kepada wali kelas agar digantikan saja ketua kelasnya. Dan teman-teman malah meminta aku yang menjadi ketua kelas. Jelas saja aku menolak, tapi karena mereka semua mengadakan semacam pemilu kecil. Kebanyakan suara memilih namaku. Lagi-lagi aku hanya bisa menerima, karena ini keputusan bersama.
~~~~~
“Ra, aku mau ngomong, yuk kita ke belakang kelas aja, disini rame” kak Yani mengahmpiriku saat jam istirahat. Kak Yani adalah kakak kelas sekaligus saudaraku. Entah bagaimana kronologisnya, yang jelas ibuku bilang kami masih berhubungan saudara.
“mau ngomongin apaan?”
“udah ikut aja dulu”
Akhirnya aku pun mengiyakan ajakan kak Yani.
“nih ada surat buat kamu” kata kak Yani sambil menyodorkan kertas berwarna putih.
“dari siapa?” tanyaku heran.
“Rama, kakak kelas dua belas, dia suka sama kamu” kata kak Yani sambil senyum-senyum.

Kamu tau perasaanku saat itu, yang pertama sih kaget, tapi gak mau cerita banyak soal ini. Yang jelas setelah menerima surat itu, aku jadi bingung mau bersikap bagaimana ke dia, soalnya ya biasa aja, engga ada ketertarikan khusus sama kakak kelas yang satu ini. Tapi yang aku gak suka, dia beraninya lewat surat, jadi aku cuekin aja, bahkan tidak aku balas. Dan sampai sekarang pun aku masih canggung kalau ketemu dia, hanya karena surat itu. Aku lupa apa isi suratnya.
~~~~~
Masa-masa semester dua di kelas X sangat kami nikmati, pasalnya kami sangat dekat dengan wali kelas. Kami bersama-sama membuat kelas kami indah ditumbuhi tumbuh-tumbuhan yang bagus, tidak jarang kami mengadakan gotong royong untuk membuat kelas kami tampak indah. Pada saat pengumuman kenaikan kelas pun kelas kami mendapat pujian dari guru-guru dan kelas kami mendapat bingkisan. Aku yang menerima sebagai ketua kelas. Kami membuka hadiah itu bersama-sama dengan teman-teman, padahal hadiahnya hanya makanan-makanan ringan, tapi kami sangat senang. Karena usaha kami dapat memberikan contoh yang baik bagi kelas-kelas lain. Saat kami membagikan hadiahnya, aku lihat hanya Iko yang tidak ada saat itu, dan dia belum mengambil bagian hadiahnya. Aku mencarinya, dan menemukan dia tengah bersama orang tuanya keluar dari ruang BP. Aku tak akan bercerita banyak tentang itu, karena rasanya tidak berhak.
“Iko, ini bagian hadiahmu” kataku kepada Iko setengah berteriak.
“engga usah, buat kamu aja” kata Iko.
“tapi, Cuma kamu yang belum kebagian”
“iya, engga apa-apa”
Akhirnya bagian hadiah Iko aku bawa, karena dia tidak mau, yang jelas aku sudah menawarkan. Dan aku pun pulang untuk siap-siap menyambut liburan kenaikan kelas.
Sebenarnya ketika liburan, aku sedih karena jadi jarang bertemu dengan teman-temanku. Karena kala itu, aku belum punya handphone, tetapi tidak jarang teman-temanku banyak yang sudah memiliki seperti Vita dan Tia. Aku masih dianggap terlalu kecil oleh orang tuaku, jadinya belum dibelikan.
~~~~~

“Tadi bahasa inggris kamu dapet nilai bagus ya, Ra” tanya Vita kepadaku.Setelah liburan berakhir, kembali aktivitasku adalah sekolah dan tentunya sekarang sudah kelas XI, tapi masih dengan teman-teman yang sama seperti kelas X A sebelumya. Tentunya ada guru baru juga yang mengisi mata pelajaran-mata pelajaran baru.
“engga juga Vit, ada juga yang keliru tadi” jawabku.
“Yura kan memang jago kalo bahasa inggris mah” tiba-tiba Iko muncul dari jendela kelas.
“ih, engga usah ngeledek deh” kataku dengan nada kesal, karena aku tau sebenarnya Iko sedang ngeledek aku.
Dua hari belakangan ini, aku memang sering lihat Iko ngobrol dengan Vita, bukan sering sih tapi tidak seperti biasanya. Bahkan sering ikut ngobrol juga ketika aku, Vita dan teman-teman yang lain lagi nongkrong di depan kelas. tapi aku merasa biasa aja, karena mungkin memang dia lagi ada keperluan dengan si Vita.
~~~~~
Keesokan harinya, waktu itu aku ingat hari Rabu di bulan November, jam terakhir kebetulan kelas kami kosong karena guru yang seharusnya mengajar di kelas kami tidak hadir, dan tidak meninggalkan tugas. Tentu saja perasaan senang menghampiri setiap siswa, karena merasa bebas pada saat jam itu. Ada yang ke kantin, ada yang bermain bola volly, ada yang menghabiskan waktu untuk ngobrol dengan teman-temannya. Termasuk aku dengan Vita. Tapi Ebi dan Tia memilih untuk pergi ke kantin.
“Ra, ikut aku yuk. Aku pengen cerita sama kamu. Tapi ini rahasia” kata Vita kepadaku dengan nada serius.
“ya udah, kita ke belakang kelas aja yuk, biar adem” kataku sambil menggandeng tangan Vita.
“jangan, nanti kalau disitu kelihatan sama Ebi dan Tia” jawab Vita.
“Terus kemana?”
“kesana aja yuk, yang dekat bangunan baru” kata Vita
Aku mengiyakan saja, tapi sedikit curiga juga dan berpikir apa yang mau diceritakan Vita sampe-sampe si Ebi dan Tia gak boleh tau, dan lagi tidak mau kuajak ke tempat kita biasa nongkrong. Aku iyakan saja ajakan Vita, mungkin yang ia bicarakan memang sangat penting dan rahasia. Kami pun berjalan ke lokasi bangunan barung dan masih ada pak tukang yang beberes disana. Di dekat bangunan itu ada jalan kecil dan disampingnya ada pohon jambu. Dan aku pun langsung bertanya kepada Vita dengan penasaran.
“kamu mau cerita apa Vit, keliatannya serius banget”
“aku mau cerita tentang mas-mas tukang itu” kata Vita sambil nunjuk ke arah pak tukang yang lagi beberes tadi.
“kenapa dengan dia? Dia gangguin kamu Vit?”
Belum sempat dia menjawab pertanyaanku, Vita malah berbicara ke orang lain.
“eh, putra, Dani ngapain kalian kesini, kebetulan ada yang mau aku omongin” kata Vita dengan sedikit teriak. Tiba-tiba dari kejauhan Dani, Putra dan Iko datang ke arah kami.
“bentar ya, Ra. ada yang mau aku omongin ke Dani dan Putra. Kamu tunggu disini aja” kata Vita sambil berlalu meninggalkan aku. Bersamaan dengan itu, Iko berjalan ke arahku. Aku biasa saja karena memang tempat aku berdiri itu adalah jalan kecil, mungkin Iko dan kawan-kawan mau ke Warung bi Iyem (Warung Bi Iyem adalah tempat cowok-cowok biasa nongkrong disana). Hanya saja, karena Vita lagi ngobrol dengan Dani dan Putra jadi Iko duluan. Sampai Iko mendekat ke arahku, tiba-tiba..
To be continued 😊 Part 3

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Manajemen Sekolah/Madrasah yang Bermutu dan Efektif

Manajemen Sekolah/Madrasah yang Bermutu dan Efektif A.     Pendahuluan Beberapa tahun terakhir ini duunia pendidikan di Indonesia menggalakkan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah, yang akhir-akhir ini lebih dikenal dengan manajemen berbasis sekolah. Konsep ini sebenarnya telah diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1997/1998. Ada berbagai istilah lain untuk MPMBS selain manajemen berbasis sekolah, yaitu site-based management, delegated management, school authonomy, dan local management of school. [1] Apa yang dimaksud dengan MPMBS? Secara konseptual MPMBS dapat didefinisikan sebagai proses manajemen sekolah yang diarahkan pada peningkatan mutu pendidikan, secara otonomi direncanakan, diorganisasikan, dilaksanakan dan dievaluasi sendiri oleh sekolah sesuai dengan kebutuhan sekolah dengan melibatkan semua stakeholder sekolah. Manajemen peningkatan mutu dan madrasah atau sekolah merupakan salah satu wujud dari reformasi pendidikan. Sistemnya adalah m...

Cerita Bersambung (Cerbung) Memori 2009-part 5

Part 5 Yura Jatuh Cinta Lagi Koleksi Pribadi Selesai senam pagi, ketua OSIS memberi kode, kalau kami seluruh anggota OSIS berkumpul terlebih dahulu di ruangan OSIS. Ya, aku juga termasuk anggota OSIS, tapi tidak perlu aku sebutkan apa jabatannya. Hehehe. Kalau sudah kumpul secara diam-diam seperti ini, apalagi kalau tidak misi untuk melakukan razia. Di sekolahku, kami tidak boleh membawa hal-hal terlarang seperti yang telah tertulis di peraturan sekolah, seperti handphone, perhiasan yang mencolok, rok yang terlalu pendek bagi siswa putri, membawa rokok, dan celana yang terlalu sempit bagi laki-laki. Semua siswa tentu sudah tahu peraturan ini. Tapi ya itulah peraturan, tetap saja ada yang melanggar. Akhirnya kami memutuskan untuk melakukan razia. Kami pun membagi kelompok ada yang merazia kelas X, XI, dan XII. Aku mendapat bagian kelas XII, waktu itu Iko juga anggota OSIS, namun kami tidak satu kelompok. Dia mendapat bagian kelas XI. Ketika sedang melakukan razia di kelas XII,...

Cerita Bersambung (Cerbung) Memori 2009-Episode 3

Satu Hari di Bulan November   koleksi pribadi Part 3 “bentar ya, Ra. ada yang mau aku omongin ke Dani dan Putra. Kamu tunggu disini aja” kata Vita sambil berlalu meninggalkan aku. Bersamaan dengan itu, Iko berjalan ke arahku. Aku biasa saja karena memang tempat aku berdiri itu adalah jalan kecil, mungkin Iko dan kawan-kawan mau ke Warung bi Iyem (Warung Bi Iyem adalah tempat cowok-cowok biasa nongkrong disana). Hanya saja, karena Vita lagi ngobrol dengan Dani dan Putra jadi Iko duluan. Sampai Iko mendekat ke arahku, tiba-tiba.. “Ra, boleh ngomong sebentar engga?” kata Iko kepadaku. “oh, iya boleh, ngomong aja Ko.” Kataku. Kamu tau, aku gak pernah terpikir Iko mau ngomong apa, aku hanya mengira dia basa-basi saja sambil menunggu teman-temannya “kita duduk di bawah pohon jambu itu aja, ya?” kata Iko lagi Aku hanya menganggukkan kepala dan dia mempersilahkan aku duduk. Kami duduk berhadap-hadapan, jaraknya sekitar satu setengah meteran. Bahkan ketika duduk i...